Kisah-Kisah Kota Tersembunyi 26

Ruangan itu terasa semakin berat oleh aura misteri yang menyelimuti mereka. Detak jantung Gabriel semakin keras, setiap detik seolah berjalan lebih lambat, menambah ketegangan yang tidak terlihat. Seakan-akan waktu itu sendiri sedang mempermainkan mereka, menunggu untuk mengungkapkan rahasia yang lebih gelap.

Sementara mereka semua merenung, tiba-tiba terdengar bunyi berderak halus dari bawah kaki mereka. Eldrin, yang paling dekat dengan altar, terkejut ketika melihat retakan kecil muncul di lantai batu. Retakan itu menyebar perlahan, menciptakan pola melingkar di sekitar altar.


"Ini bukan retakan biasa," kata Eldrin pelan namun tegas. "Ini sepertinya pola… pola kuno yang bisa membuka sesuatu. Mungkin kita belum sepenuhnya menghentikan kekuatan di sini."

Gabriel mendekat, melihat retakan itu lebih jelas. Setiap celah kecil di lantai seolah-olah ditarik oleh sebuah kekuatan di bawah mereka, seperti jika ada sesuatu yang terkunci selama ini. "Kita harus berhati-hati," katanya. "Jangan sampai kita memicu sesuatu yang lebih berbahaya."

Namun, sebelum mereka bisa bereaksi lebih jauh, lantai di bawah altar bergetar, dan batu besar di tengah altar mulai bergerak perlahan. Suara berderak dan gemuruh memenuhi ruangan saat altar mulai tenggelam ke bawah, seperti dihisap oleh tanah. Debu tipis mulai melayang di udara, dan kabut samar kembali menyelimuti tempat itu, menciptakan atmosfer yang menekan.

"Tidak!" seru Lyra, berusaha mengeluarkan mantra pelindung lagi, tetapi kekuatan dari lantai yang bergerak terlalu kuat untuk ditahan.

Altar itu terus tenggelam, hingga akhirnya menghilang sepenuhnya di bawah lantai yang terbuka, memperlihatkan sebuah lorong gelap yang curam. Udara dari dalam lorong itu terasa dingin, jauh lebih dingin daripada yang bisa mereka bayangkan, seolah-olah berasal dari kedalaman yang sangat tua dan terlupakan.

Ibu Marla mendekati tepi lorong itu, matanya menyipit saat dia berusaha melihat apa yang ada di dalamnya. "Ini… sebuah jalan. Sebuah jalan yang mungkin sudah ada sejak kota ini pertama kali berdiri. Sepertinya kita baru saja menemukan pintu masuk menuju sesuatu yang lebih dalam, dan lebih gelap."

Gabriel merasa napasnya terhenti sejenak. Mereka telah melampaui batas pertama, namun apa yang terbentang di depan mereka terasa jauh lebih berbahaya daripada yang pernah mereka bayangkan. Lorong itu memanggil mereka dengan sunyi, seolah-olah menunggu siapa yang berani menapakinya.

"Kita harus masuk," kata Gabriel dengan suara rendah. "Apa pun yang ada di bawah sana, itu adalah kunci dari semua misteri ini."