Kisah-kisah Kota Tersembunyi 28

Gabriel melangkah mendekat, mencoba merasakan apa yang ada di balik pintu itu. Dia bisa mendengar suara samar, seperti bisikan halus yang terperangkap di antara dinding. "Ada sesuatu di sini… suara-suara..." Dia memiringkan kepala, mencoba menangkap kata-kata yang nyaris tak terdengar.

Ibu Marla menunduk, memperhatikan pintu dengan lebih cermat. “Ini bukan pintu biasa. Sepertinya ada mekanisme, mungkin ritual atau mantra yang bisa membukanya. Aku bisa merasakan getaran magis di sekelilingnya.”

Eldrin mengeluarkan gulungan-gulungan yang dia bawa, mencari tanda-tanda yang cocok dengan simbol-simbol di pintu. “Simbol-simbol ini… mereka mirip dengan yang kita lihat di atas. Ini mungkin kunci untuk membuka segel pintu ini. Tapi aku harus berhati-hati, salah satu kesalahan bisa berakibat fatal.”

Saat Eldrin mulai merapal mantra, cahaya lentera memantul di dinding, menciptakan bayangan aneh yang bergerak mengikuti gerakan mereka. Suara gemerisik samar terdengar dari kejauhan, dan Gabriel segera siaga, merasakan ada sesuatu yang mendekat dari belakang.

"Lihat!" seru Lyra, suaranya hampir tersendat oleh ketakutan yang tiba-tiba menyergap. Dari dalam kegelapan, bayangan besar mulai muncul, bentuknya tak menentu, tapi ada mata merah yang menyala tajam menembus kegelapan. Makhluk-makhluk ini, entah berasal dari mana, tampak seperti bagian dari bayangan yang mereka lawan sebelumnya—mungkin penjaga lain yang telah lama terlelap di lorong ini.

Gabriel segera mengangkat pedangnya, bersiap untuk menghadapi ancaman yang datang. “Mereka tidak akan membiarkan kita membuka pintu ini tanpa perlawanan,” katanya, penuh keyakinan.

Lyra dengan cepat mengeluarkan tongkatnya, menyiapkan mantra pelindung, sementara Ibu Marla merapal mantranya sendiri untuk memperkuat kekuatan mereka. Eldrin, meskipun tengah sibuk dengan ritual untuk membuka pintu, mengerahkan energinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat.

Bayangan itu semakin dekat, dan suara gemerisik dari cakar-cakar mereka yang tajam membuat udara di sekitar mereka semakin mencekam. Setiap gerakan makhluk itu seperti diiringi oleh gemuruh kecil, seolah-olah lorong itu sendiri bergetar karena kehadiran mereka.

"Jaga jarak mereka," kata Gabriel tegas, bersiap untuk menghadapi serangan. “Kita harus menahan mereka sampai Eldrin selesai!”