Kisah-kisah Kota Tersembunyi 30

Ruangan itu terasa sesak, meskipun luas dan kosong. Cahaya merah tua yang terpancar dari artefak di atas altar membuat bayangan di sekitar mereka tampak hidup, berputar seiring dengan roda yang terus bergerak perlahan.

Gabriel maju selangkah, mencoba mengendalikan napasnya yang semakin berat. “Ini bukan sekadar artefak. Ini kunci dari semua ini.” Matanya terpaku pada roda yang retak itu, merasakan kekuatan kuno yang berdenyut di sekelilingnya.

Lyra merasakan ada sesuatu yang salah. “Jangan terlalu dekat, Gabriel. Energi di sini… tidak seperti yang pernah kita temui sebelumnya.” Suaranya cemas, dan tangannya menggenggam erat tongkatnya, bersiap untuk apapun yang mungkin terjadi.

Eldrin, yang biasanya tenang, juga tampak gelisah. “Aku merasa tempat ini menekan waktu itu sendiri. Seolah kita berada di luar aliran waktu yang normal.”

Seketika, suara lirih terdengar, seakan bisikan dari dinding batu di sekitar mereka. Gabriel menghentikan langkahnya. “Kalian dengar itu?” tanyanya dengan suara tertahan.

Ibu Marla mengangguk perlahan. “Ini bukan hanya suara... ini peringatan.” Dia melangkah lebih dekat ke roda waktu itu, mencoba memahami simbol-simbol yang terukir di sisinya. "Kita harus berhati-hati. Jika kita menyentuh ini tanpa mengetahui caranya, kita bisa memicu kekuatan yang tak terduga."

Namun sebelum mereka bisa memutuskan langkah berikutnya, lantai di bawah mereka mulai bergetar lembut. Cahaya di altar semakin intens, seolah merespons kehadiran mereka. Waktu seperti melambat, dan udara di ruangan itu semakin menekan, membuat jantung Gabriel berdegup lebih cepat.

“Sesuatu akan terjadi,” bisik Lyra. “Kita mungkin tak punya banyak waktu.”