Malam turun perlahan di Lapangan Baturan, Colomadu. Udara membawa aroma rumput yang lelah diinjak anak-anak yang riang. Di tengah kerlip lampu warna-warni yang menggantung seperti bintang-bintang kecil, Iliana duduk di atas kuda mainan, unicorn ia menyebutnya sambil berteriak - teriak, berhiaskan lampu, seperti seorang putri kecil yang baru saja keluar dari buku cerita.
Wajahnya—ah, wajah itu—merekam kebahagiaan yang sederhana namun langka. Ia tersenyum, malu-malu tapi penuh arti, seperti tahu bahwa malam ini, dunia telah menyediakan satu sudut kecil khusus untuknya. Baju kuning bermotif zebra yang ia kenakan melambai pelan ditiup angin, seolah ikut menari bersama tawa anak-anak yang lain.
Di sana, dalam temaram cahaya dan irama mesin karusel yang berderit pelan, aku melihat sesuatu yang lebih dari sekadar permainan. Aku melihat kenangan yang akan tumbuh bersamaku, seperti pohon kenanga di halaman rumah: tak banyak bicara, tapi wangi dan abadi.
Aku berdiri tak jauh darinya, membiarkan waktu memeluk kami perlahan. Ada sesuatu yang berubah sejak aku menjadi orang tua—hal-hal kecil kini terasa megah, dan momen sederhana seperti ini terasa seperti hadiah dari langit. Iliana tak tahu, mungkin tak akan pernah tahu, betapa dalam setiap tawanya ada gema harapan dan doaku yang diam-diam.
Aku melihat tangannya menggenggam pegangan kuda mainan itu dengan yakin, seolah ia tahu ke mana dunia akan membawanya. Tapi tentu saja, ia masih terlalu kecil untuk tahu bahwa dunia ini kadang tak semudah karusel yang berputar pelan. Maka tugasku, adalah menjadi pagar tak terlihat di sekelilingnya. Menjadi doa yang tak pernah putus, bahkan saat ia tertidur di kursi belakang sepulang dari sini.
Lapangan Baturan malam ini seperti panggung kecil tempat Iliana memainkan peran pertamanya sebagai anak yang bebas berimajinasi. Di sekelilingnya, anak-anak lain tertawa, lampu-lampu berkelip, dan langit menggantung dengan sabar. Semua seakan menjadi saksi, bahwa cinta sejati bisa muncul dari hal sesederhana melihat anakmu tertawa di atas kuda mainan.
Dan ketika malam semakin larut, dan Iliana mulai menguap kecil, aku tahu—malam ini telah menjadi cerita. Cerita yang mungkin tak akan ia ingat, tapi akan terus hidup dalam ingatanku, seperti lagu lama yang tak pernah bosan diputar di hati.